Pages

Kamis, 08 Desember 2011

Agama dan Filsafat


Menanggapi apa yang disampaikan oleh Saras Dewi dalam kuliah umam kemarin, ada beberapa hal yang ingin saya respon dalam tulisan ini. Ada beberapa pertanyaan dan pernyatan dari beberapa filosof ternama yang diangkat oleh Saras Dewi yaitu diantaranya mengapa ada penderitaan atau kesengsaraan didunia kalau memang Allah maha pengasih lagi maha penyayang?. Keberadaan agama sesungguhnya tidak kompatibel lagi dengan kompleksitas peradaban manusia. Bila dipertahankan maka ia akan terus berbenturan dengan modernisme.
Seperti yang saya ketahui bahwa hubungan agama dan filsafat sangat berbeda. Dalam ilmu  filsafat, mereka hanya menentukan suatu kebenaran berdasarkan akal saja. Mereka menggunakan akal untuk menentukan baik dan buruk berdasarkan akalnya saja. Sedangkan dari sudut pandang agama yaitu  islam, akal digunakan untuk menilai kebenaran yang datang dari Allah. Dalam ilmu filsafat, filosof-filosof berusaha untuk mencari suatu kebenaran dalam suatu fenomena misalnya spritualis dalam agama dengan barbagai pertanyaan. Mengapa ada kesengsaraan kalau memang Allah maha pengasih lagi maha penyayang? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini biasanya berasal dari kaum ateis dan orang-orang yang bukan islam yang berusaha untuk menghancurkan islam dengan cara pemikiran-pemikiran seperti itu.
Mengapa ada kesengsaraan? Mari kita berandai-andai. Andai tidak ada orang yang sengsara di dunia ini, dalam arti lain semua orang bahagia dan makmur. Dengan segala keunikan yang ada di bumi ini yang telah Allah tetapkan, adakah kemungkin dunia berjalan dengan cara ini? Jawabnya tidak mungkin. Jika semua orang makmur dan tidak punya masalah, maka sebenarnya itu adalah suatu ilusi, karena yang disebut makmur itu hanya terwujud jika ada yang namanya kesengsaraan. Mungkinkah ada kesenangan tanpa kesedihan? Tidak mungkin. Mungkinkah ada rasa kenyang tanpa lapar? Tidak mungkin. Mungkinkah hanya ada orang yang kaya tanpa ada ada kemiskinan? Tidak mungkin. Siapa yang akan menggali kubur di pemakaman umam kalau semua orang menjadi para menteri dan pengusaha kaya memiliki kesibukan yang tak henti-hentinya? Dan seterusnya. Demikianlah ketetapan Allah menciptakan alam dan segala isinya.  
Lalu sebagian orang menganggap bahwa “keberadaan agama sesungguhnya tidak kompatibel lagi dan akan terus berbenturan dengan modernism”. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua aspek kehidupan yang tidak bisa kita pisahkan. Seandainya kita hidup hanya dengan ilmu pengetahuan, mungkin hidup ini akan terasa bosan karena coba bayangkan di dunia ini semua orang bisa melakukan semuanya dengan menggunakan alat bantu yaitu teknologi mungkin hidup ini akan tersa bosan karena mereka menganggap semuanya sudah bisa mereka gunakan dan mereka akan merasa tidak tahu apa tujuan hidup sebenarnya dan begitu juga dengan agama.
Dari fenomena ini kita simpulkan bahwa kebahagian ataupun kesengsaran tidak lain adalah sebagai wahana untuk mengetahui siapa saja yang benar-benar taat pada Allah. Memang bodoh bagi kita jika tidak menggunakan akal kita untuk mencari kebenaran yang datang dari kekuasaan Allah? Tetapi apakah mungkin kita bisa melampaui kebesaran Allah. 

0 komentar:

Posting Komentar