Pages

Selasa, 27 September 2011

Harapan dan Respon Saya terhadap Sesama



Berbicara mengenai harapan itu sengat erat kaitannya dengan apa yang ingin kita dapatkan terhadap sesuatu yang akan dan telah kita kerjakan. Sebuah fiosofi mengatakan bahwa harapan adalah sesuatu yang tidak akan pernah mati dalam hati kita. Mengapa demikian?, karena dengan harapan kita bisa memiliki tujuan atau motivasi dalam melakukan sesuatu. Seperti halnya dengan mata kuliah Humanistic Studies 1 yang sedang saya pelajari ini.  
Harapan saya nanti selama mengikuti mata kuliah ini yaitu semoga saya bisa mengikuti pelajaran dengan baik, bisa lebih aktif di kelas, bisa menguasai seluruh materi mata kuliah ini  dengan baik dan pada akhirnya saya bisa mendapatkan nilai yang bagus.
Disamping itu, saya berharap dimata kuliah ini saya bisa lebih memahami perbedaan yang ada pada diri kita masing-masing karena dalam belajar humanistic ini,  itu artinya kita akan belajar mengenai kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya belajar karakter, tradisi, bahkan kepercayaan. Mungkin pada saat kita melakukan diskusi di kelas  mengenai perbedaan seperti agama, tradisi dan lain-lain, saya berharap kita bisa saling menghargai satu sama lain. Karena dengan saling menghargai satu sama lain kita bisa menciptakan perbedaan sebagai penyatu kita untuk mewujudkan perdamaian.
Jangan pernah kita menjadikan perbedaan sebagai penyabab terjadinya perpecahan dan pertikaian diantara kita. Sebagai contoh yaitu belum lama ini terjadi yaitu adanya bom bunuh diri disalah satu gereja di Solo yang diduga kebanyakan orang ini ada kaitannya dengan agama. Oleh karena itu, dengan adanya kita belajar humanistic ini kita bisa berpikir terbuka dan barpandangan luas agar tidak langsung menyimpulkan  bahwa perbedaanlah penyebab mengenai hal-hal yang terjadi disekeliling kita.
Dari harapan-harapan  inilah yang memotivasi saya untuk belajar humanistic sehingga ketika nantiya saya sebagai pengajar, saya bisa menerapkannya dalam mengajar siswa-siswi saya untuk memahami karakter  dari setiap siswa yang saya didik nantinya karena dengan mengtahui karater mereka, saya bisa dengan mudah untuk menyampaikan materi dan memilih metode yang terbaik untuk mengajar peserta didik saya.
Harapan-harapan diatas tidak akan bisa saya capai dengan hanya berdiam diri tanpa adanya usaha yang keras. Oleh karena itu, untuk mencapai itu semua maka saya harus belajar dengan giat, aktif di kelas, dan mengerjakan seluruh tugas yang diberikan dan tak lupa selalu berdoa kepada alllah sehingga pada akhirnya ini bisa berjalan sesuai dengan apa yang saya harapkan.

Eli Zulkatri_B3_IE 1
26 September

Sabtu, 24 September 2011

STOP Bullying!




Sekolah yang merupakan sarana tempat belajar, menuntut ilmu, dan pembentukan karakter siswa. Namun karena ketidaktahuan dari berbagai pihak terutama guru, bullying sering kali diabaikan. Penangannya sering tidak serius.

Kata bullying berasal dari kata bully yang artinya menggertak dan memaksa, atau orang yang mengganggu orang yang lemah, atau “rendah” dari pelaku. Jadi, bullying merupakan semua prilaku negatif yang merendahkan orang lain yang bisa menjatuhkan kepercayaan diri seseorang. Bullying tidak hanya dalam bentuk kekerasan melainkan juga dalam bentuk kata-kata seperti mengejek, pengucilan, pelecehan, pemalakan, intimidasi, ejekan, gosip, fitnah, dan lain-lain.

Dari SD sampai SMA, kita selalu mendapatkan pengajaran mengenai cara berprilaku yang baik, saling menghargai, dan cara menghormati orang lain. Semua itu kita dapatkan pada mata pelajaran seperti PPKN, Budi Pekerti Luhur, dan Agama. Ironisnya bullying justru sering terjadi di sekolah. Misalnya tradisi bahwa junior harus tunduk dan hormat dengan senior, teman mengejek teman lainnya, dan pilih-pilih teman bermain.

Penyebab terjadinya bullying bisa bermacam-macam. Bisa karena watak personal dari pelaku maupun situasi lingkungan yang kebetulan “mendukung” terjadinya bullying tersebut. Secara umum bullying disebabkan karena kebiasaan waktu kecil melakukan kecendurungan berprilaku bullying. Kebiasaan-kebiasaan anak kecil berprilaku seperti menggigit, memukul, mendorong, mengejek, atau kebiasaan memberi nama panggilan pada sesorang. Kebiasaan ini merupakan tanda-tanda kecenderungan agresif yang bila tidak ditangani, akan mengarah pada perilaku bullying.

Penyebab terjadinya prilaku bullying dilingkungan sekolah adalah tata tertib sekolah yang tidak tegas. Seperti kurangnya sangsi yang diberikan terhadap pelanggaran yang dilakukan dan minimnya kontrol  dari guru mengenai kegiatan-kegiatan yang ada disekolah. Misalnya pada Masa Orientasi Siswa (MOS), perubahan pengurus organisasi yang baru baik OSIS, kegiatan ekskul Paskibra, cheerleaders atau latihan dasar kepemimpinan. Bentuknya bisa berupa permintaan kakak kelas yang sering menekan perasaan seperti pelecehan, menyinggung, atau bahkan menyiksa fisik agar adik kelasnya memperoleh tanda tangan. 
Dampak negatif dari bullying tidak hanya dirasakan oleh korban, tetapi juga dirasakan oleh pelakunya. Prilaku tersebut dapat memberikan dampak buruk bagi kelangsungan hidup mereka hingga dewasa kelak. Bila bullying tidak ditanggapi serius, maka pelaku bullying bisa tumbuh menjadi pribadi sewenang-wenang dan akan dijauhi oleh banyak orang. Sementara korban bullying memiliki kepribadian yang merasa rendah diri, rapuh, tidak percaya diri dan tidak berharga. Selain itu, korban akan mengalami gangguan psikologis seperti selalu merasa takut, stres, depresi, dan rasa cemas yang berlebihan. Yang lebih ekstrem lagi, korban memiliki perasaan ingin bunuh diri.

Solusi untuk mengurangi terjadinya bullying yaitu adanya kolaborasi antara keluarga dan guru. Dimana keluarga bisa memberikan kebiasaan berprilaku baik untuk menjauhkan mereka dari kecendrungan berbuat bullying. Misalnya dengan membiasakan mereka untuk menghormati orang yang lebih tua, membiasakan menolong orang  lain, dan selalu menghargai orang lain. Selain itu, dilingkungan sekolah guru harus  bisa menyikapi gejala-gejala perubahan siswa dan melakukan pengawasan yang baik pada siswa. Jika ditemukan indikasi yang mengarah adanya perbuatan bullying, guru segera melakukan intervensi kepada pelaku dan korban terhadap apa yang terjadi sehingga masalah tersebut tidak terjadi lagi dikemudian hari. Guru juga bisa memperkenalkan kepada siswa mengenai prilaku bullying itu seperti apa dan memberikan arahan mengenai cara-cara menghadapi bullying. Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru dan orangtua akan berguna setidaknya akan menyelamatkan generasi penerus bangsa ini dari penurunan mental dan moral.